Friday 25 May 2018

thumbnail

Mengapa hashtag anti-Jokowi bisa menjadi musuh terkuatnya sejauh ini

Kampanye # 2019GantiPresiden (# 2019ChangePresident) telah menjadi pembicaraan di kota baik online maupun offline dan ditetapkan menjadi Presiden Joko “Jokowi” sebagai musuh tak berwajah Widodo terkuat dalam tawaran pemilihan kembali tahun depan.

Hashtag, yang dimulai pada awal April, diyakini telah membuat penampilan publik pertamanya ketika Mardani Ali Sera, seorang politikus dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), mendistribusikan gelang karet dengan tagar pada acara TV. Mardani adalah bagian dari tim sukses untuk Gubernur Jakarta, Anies Baswedan dan wakilnya, Sandiaga Uno, sementara partainya, PKS, adalah salah satu lawan terkuat Jokowi.

Kaos yang dicetak dengan hashtag juga mulai dijual di mana-mana. Kampanye offline menjadi berita utama selama akhir pekan ketika sekelompok aktivis anti-Jokowi mengenakan t-shirt selama acara Car Free Day yang seharusnya bebas politik pada hari Minggu di Jakarta.

Dalam dua minggu pertama bulan April, setidaknya 110.000 menyebutkan hashtag tercatat di Twitter, jauh melebihi 18.000 sebutan kontra-tagar # Jokowi2Periode (# Jokowi2Terms), menurut perusahaan data besar Drone Emprit.

Namun, pernyataan itu menjadi bumerang karena analisis data yang besar menunjukkan itu hanya memicu lebih banyak penggunaan hashtag.

“Sebelum pernyataan [7 April], hashtag [# 2019GantiPresiden] disebutkan maksimum 7.000 kali sehari. Tapi sehari setelah pernyataan itu, jumlahnya melonjak menjadi 37.000, meningkat 300 persen, ”kata Drone Emprit pendiri Ismail Fahmi kepada The Jakarta Post pada hari Senin.

Di balik popularitas hashtag, kaus # 2019GantiPresiden juga terjual dengan cepat di pasar online dan offline. Harga kaos bervariasi, mulai dari Rp 60.000 (US $ 4,32) hingga Rp 125.000.

Subscribe by Email

Follow Updates Articles from This Blog via Email