Saturday 2 July 2016

thumbnail

Tidak ada jalan lain Kecuali jalan yang Bodol.

"Nyg isin dadi wong purwahamba, dalane Kaya Balongan,," ini ungkapn dari sebagaian warga yang daerah nya menimpa kehadiran jalan seperti itu, perlu dicermati dan dipikirkan bahwa wilayah kita perlu berbenah diri, lihat kota-kota lain di Indonesia, mereka dengan gempitanya membangun, membangun negerinya sendiri, membangun wilayahnya sendiri, mungkin dengan kekuatan, dana, dan partisipasi masyarakatnya. Atau sekedar mendapat bantuan dari pemerintah pusat (tentu dengan persyaratan-persyaratan).
Ungkapan masyarakat yang jujur memang seperti ini, mereka (sebagai pejabat pemerintah daerah) harus lebih sadar dengan hal ini semua. Memang menambal jalan yang berlubang bukan pekerjaan seorang kepala daerah tetapi pekerjaan seorang tukang tambal, tetapi kan seorang kepala daerah mempunyai hak untuk menyelesaikan dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Apalagi bagi kita masyarakat tidak terlalu memikirkan apakah para pejabat itu korup (itu hal yang lumrah) di negeri ini. Mereka (masyarakatnya) menginginkan infrastruktur seperti jalan-jalan, atau jembatan yang bagus, yang baik untuk dilewati, bukan seperti sekarang bodol bertahun-tahun, bukankah masyarakat setiap bulan membayar iuran listrik, dan setiap tahun membayar pajak bumi dan bangunan ?, membayar retribusi parkir, membayar retribusi hotel dan tempat hiburan, retribusi miras, retribusi pasar dan retribusi-retribusi lainnya. Melihat fenomena seperti ini, hingga terkadang ada ungkapan yang salah oleh masyarakatnya sendiri seperti : lebih baik dipimpin seorang yang korup tetapi pembangunan teratasi daripada dipimpin oleh yang jujur tetapi tidak bisa mengatur, inilah adalah ungkapan yang salah dan salah kaprah. (Redaksi01)

tulian Tidak ada jalan lain Kecuali jalan yang Bodol merupakan sketsa di negara kita.

Subscribe by Email

Follow Updates Articles from This Blog via Email

No Comments